Sabtu, 10 Desember 2011

Misteri Bukit Thursina


Sebenarnya letak keberadaan Bukit Thursina sendiri masih menjadi misteri, karena ada beberapa pendapat tentang keberadaan bukit tersebut yang bisa kita lihat dari tafsir surat Attin ayat 1-3...
أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيطَانِ الرَّجِيْمِ
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
وَالتِّينِ وَالزَّيْتُونِ {1} وَطُورِ سِينِينَ {2} وَهَذَا الْبَلَدِ اْلأَمِينِ {3
"Demi buah tin dan zaitun.Demi (bukit) Thursina. Dan demi negeri yang aman ini." (Attin ayat 1-3)
Tiga ayat di atas merupakan Sumpah Allah SWT. Terdapat juga pada beberapa surat dan ayat lainnya dalam Al-qur'an.
Memahami ayat tersebut bukanlah hal yang mudah. Berbagai pertanyaan pun muncul. Apa keistimewaan buah tin dan buah zaitun?, dimana sesungguhnya keberadaan Thursina?, dan dimana negeri yang aman itu?.
Sejumlah ahli tafsir pun berbeda pendapat dalam menafsirkan ketiga ayat di atas, misalnya perbedaan pendapat tentang letak keberadaan Bukit Thursina. Hampir semua ahli tafsir menyepakati bahwa Bukit Thursina adalah bukit saat Nabi Musa AS menerima wahyu dari Allah SWT. Ada tiga versi tafsir tentang Bukit Thursina.

Versi Pertama
Sejumlah ahli tafsir meyakini bahwa Bukit Thursina yang sebagaimana disebutkan dalam surat Attin berada di wilayah Mesir yang lokasinya berada di Gunung Munajah, di sisi Gunung Musa. Lokasi ini dikaitkan dengan keberadaan semenanjung SINAI. Pendapat ini didukung oleh Sayyid Quthb dalam tafsirnya Fi Zhilal Al-Qur'an. Menurut beliau, Thursina atau Sinai itu adalah gunung tempat Nabi Musa AS dipanggil berdialog dengan Allah SWT. Dalam versi ini pula banyak pihak yang meyakini bahwa daerah Mesir adalah tempat yang disebutkan sebagai Thursina. sebab, di daerah ini, terdapat sebuah patung anak lembu yang dibuat oleh Samiri, salah seorang pengikut Nabi Musa yang berkhianat (tercantum dalam Al-qur'an surat Al'araf ayat 148 "Dan kaum Musa, setelah kepergian Musa ke gunung Thur membuat dari perhiasan-perhiasan (emas) mereka anak lembu yang bertubuh dan bersuara. Apakah mereka tidak mengetahui bahwa anak lembu itu tidak dapat berbicara dengan mereka dan tidak dapat (pula) menunukkan jalan kepada mereka? mereka menjadikannya (sebagai sembahan) dan mereka adalah orang-orang yang zalim").

Ketika kaum Bani Israil keluar dari tanah Mesir, mereka banyak membawa perhiasan berupa emas dan perak. para wanita Bani Israil telah meminjamnya dari mereka untuk dipakai sebagai hiasan, kemudian mereka melepaskan perhiasan tersebut karena diharamkan. Setelah Nabi Musa pergi ke tempat perjumpaan dengan Rabb-nya, Samiri mengambil perhiasan itu dan menjadikannya sebagai patung anak lembu yang bisa mengeluarkan suara melenguh jika angin masuk ke dalamnya. Dalam kisah lain disebutkan bahwa samiri memasukkan segumpal tanah yang dia ambil dari jejak kuda malaikat Jibril kedalam adonan patung lembu tersebut sehingga patung lembu tersebut dapat mengeluarkan suara.

Sementara itu, dalam Kitab Perjanjian Lama disebutkan bahwa "Ketika bangsa itu melihat Musa sangat lambat saat turun dari gunung, mereka lalu berkumpul mengelilingi Harun dan berkata, 'Buatkanlah tuhan yang dapat berjalan di hadapan kami. sebab, Musa ini orang yang telah memimpin kami keluar dari Mesir. Kami tidak tahu apa yang terjadi dengannya.' Harun kemudian berkata kepada mereka,'Lepaskan dan serahkanlah kepadaku anting-anting emas yang ada pada istri, putra, dan putri kalian.' Seluruh bangsa itu pun menanggalkan anting-anting emas dan menyerahkannya kepada Harun. Harun menerima perhiasan-perhiasan itu. Dia lalu melelehkan dan menuangkannya kepatung yang bergambar anak lembu. Mereka kemudian berkata, 'Hai Israil, inilah tuhan-tuhanmu yang telah mengeluarkan kalian dari negri Mesir." (Kitab Keluaran ayat 2-5). Dalam kisah ini tampak Nabi Harun telah berbuat salah. Sebaliknya, Alqur'an justru membebaskan Nabi Harun dari perbuatan yang dituduhkan tersebut. "Dan tatkala Musa telah kembali kepada kaumnya dengan marah dan sedih hati berkatalah dia: 'Alangkah buruknya perbuatan yang kamu kerjakan sesudah kepergianku! Apakah kamu hendak mendahului janji tuhanmu?' Dan Musapun melemparkan luh-luh (taurat) itu dan memegang (rambut) kepala saudaranya (Harun) sambil menarik ke arahnya. Harun berkata: 'Hai anak ibuku, sesungguhnya kaum ini telah menganggapku lemah dan hampir-hampir mereka membunuhku, sebab itu janganlah kamu menjadikan musuh-musuh gembira melihatku, dan janganlah kamu masukkan aku ke dalam golongan orang-orang yang zalim. Musa berdoa: 'Ya Tuhanku, ampunilah aku dan saudaraku dan masukkanlah kami ke dalam rahmat Engkau, dan Engkau adalah Maha Penyayang diantara para penyayang.'"(QS Al'araf ayat 150-151).

Karena hal-hal di atas tersebut sebagian ahli tafsir menafsirkan bahwa Thursina terletak di Sinai. inilah Versi pertama. Menurut Sami bin Abdullah Al-Maghuts, dalam bukunya Atlas sejarah Nabi dan Rasul, pendapat pertama yang mengatakan Thursina berada di wilayah Mesir sangatlah lemah. Sebab, perkataan itu hanya mengandung kekeliruan pemahaman yang diidentikan dengan kata "SINAI" dari semenanjung Sinai.

Versi Kedua

Mengutip pendapat Muhammad bin Abdul Mun'im Al-Himyari, dalam bukunya Al-Raudh Al-Mi'thar Fi Khabari Al-Aqthar, Syauqi Abu Khalil dalam Atlas Hadis, menyatakan bahwa Thursina adalah bukit yang terletak di barat daya negeri Syam. Di sini, Allah SWT berbicara secara langsung dengan Nabi Musa AS. Sementara itu, dalam Al-Qamus Al-Islam, kata 'Thursina' mengandung arti gunung yang tandus atau gersang. Nama bukit Thursina disebutkan dalam Al-Qur'an sebagaimana surat Attin ayat 1 dan surat Almu'minun ayat ayat 20.

Ar-Razi dalam tafsirnya menyebutkan, banyak dalil yang menguatkan pendapat bahwa yang dimaksud ThuurSiniin adalah bukit di Baitul Maqdis. Diantara pendapat yang disebutkan Ar-Razi adalah mufassir seperti Qatadah dan Al-Kalibi yang menyatakan bahwa kata ThurSiniin (sinai) adalah bukit yang berpepohonan dan berbuah-buahan. Allah SWT berfirman, "Dan, pohon kayu yang keluar dari Thursina (pohon zaitun) yang menghasilkan minyak dan menjadi makanan bagi orang-orang yang makan." (Almu'minun ayat 20). Ayat ini mengikat dan menghimpun dengan kuat antara 'Thursina' dan hasil bumi serta tumbuh-tumbuhan penghasil minyak bagi orang yang makan. Sementara itu, di Sinai (Mesir) tidak ada pohon zaitun yang mampu menghasilkan buah, apalagi mengeluarkan minyak, kedua surat tersebut (Almu'minun ayat 20 dan Attin ayat 1-3) justru terlihat lebih merujuk pada tanah suci di Palestina yang terdapat banyak pohon zaitun yang terus berproduksi di sepanjang tahun sehingga penduduk di sekitar Baitul Maqdis menamakannya dengan "Bukit Zaitun" dan Allah SWT telah berseru kepada Nabi Musa di tempat yang diberkahi di sisi bukit, "Maka, tatkala Musa sampai ke (tempat) api, diserulah Dia (arah) pinggir lembah yang diberkahi dari sebatang pohon kayu, yaitu: "Ya Musa, sesungguhnya aku adalah Allah, Tuhan semesta alam."" (Alqashash ayat 30).

Ustadz Shalahuddin Ibrahim Abu 'Arafah, seorang ulama asal Palestina mengungkapkan hal yang sama, menurutnya Bukit Thursina adalah tempat yang diberkahi dan tempat yang diberkahi itu adalah Palestina sebagaimana surat Al-isra ayat 1 yang menceritakan peristiwa Isra dan Mi'raj Nabi Muhammad SAW "Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al-Masjidilharam ke Al-Masjidilaqsha yang telah kami berkahi sekelilingnya agar kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat" (Al-Isra ayat 1). Keterangan ini semakin diperkuat lagi dengan surat Annazi'at ayat 16 "Tatkala Tuhannya memanggilnya di lembah suci, ialah lembah Tuwa" dan surat Almaidah ayat 21 "Hai kaumku, masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah ditentukan Allah bagimu, dan janganlah kamu lari kebelakang (karena takut kepada musuh), maka kamu menjadi orang-orang yang merugi".

Merujuk pada hadits Rasulullah SAW yang menyatakan fitnah Dajjal bahwa Allah SWT akan memberi wahyu kepada Isa putra Maryam sesudah Beliau membunuh Dajjal di gerbang Lod di Baitul Maqdis, "Beliau mencari Dajjal dan menemukannya di Babu Ludd (Lod) lalu membunuhnya. setelah itu beliau didatangi kaum yang dijaga oleh Allah dari kejahatan Dajjal, Beliau mengusap wajah mereka dan mengucapkan derajat mereka di surga. Ketika beliau dalam keadaan demikian, tiba-tiba Allah memberikan wahyu: "Sesungguhnya Aku telah mengeluarkan hamba-hambaku, tiada seorangpun yang mampu membunuhnya, maka jaga dan kumpulkanlah hamba-hambaku di gunung Thur."" (HR Muslim). Apalagi terdapat peristiwa Nabi Musa As menerima wahyu di bukit Thur saat keluar dari Mesir akibat kejaran Firaun. Karena itu, pendapat ini menegaskan bahwa yang dimaksud Thursina itu sudah berada di luar Mesir.


Versi Ketiga
Selain kedua versi di atas, terdapat satu lagi tempat yang diduga sebagai bukit  Thursina. Tempat itu adalah bukit sebelah selatan Nablus (Palestina) atau yang dinamakan Jurzayem. Pendapat ini merujuk pada bangsa Kan'an yang membangun Kota Nablus dan menamakannya Syukaim, yaitu nama yang diubah bangsa Ibrani pertama menjadi Syukhaim, tempat terbesarnya kaum Yahudi dari sekte Samiri. Dan mereka adalah sekte yang meyakini lima kita dari Perjanjian Lama serta mempercayai bahwa tempat suci Yahudi terletak di Bukit Thur, yaitu sebelah selatan Nablus.

Dari ketiga versi tersebut, tampaknya ada dua pendapat yang sangat kuat, yaitu Sinai di Mesir dan Baitul Maqdis di Palestina. Manakah Bukit Thursina yang sesungguhnya?? Wallahu 'alam.




1 komentar: